Rabu, 18 Februari 2009

Biografi Iwan Fals

Menyanyi dengan Suara Hati

Virgiawan Lisitanto, itulah nama lengkapnya, yang kini terpopulerkan dengan nama Iwan Fals. Kemilau namanya membumbung tinggi dengan menyuarakan seruan hati kelompok marginal dan kritik sosial dengan kesederhanaan lirik yang ia bawakan. Ia meraih puncak karir benar-benar merangkak dari bawah, itulah yang justru membuatnya bisa seperti sekarang. Berkiprah selama 20 tahun dalam dunia musik tak selalu mulus bagi Bang Iwan. Nama besar yang disandangnya saat ini dicapai setelah melalui jalan penuh kerikil dan berdebu dan di bawah derasnya hujan dan terik matahari. Lantunan suara khasnya yang menjelma menjadi api semangat bagi saudaranya dan penggebrak akan kondisi sosial politik tanah air telah berkolaborasi dengan pemusik-pemusik berbakat lainnya. Lagu-lagu yang telah banyak ia ciptakan dengan musik yang berjenis balada sejak mulai berkarier mengandung pesan-pesan humanis yang mendalam dalam setiap lirik lagunya. Humanisme yang tercipta dalam lirik lagu Bang Iwan tak lahir dari tulisan tangan yang hampa. Lirik-liriknya lahir dari hasil pemotertan kehidupan dan pergulatan batin yang dahsyat tentang ketimpangan sosial negeri ini di akhir tahun 1970-an hingga sekarang, dengan penggunaan kata-kata yang lugas dan sederhana. Bang Iwan mampu melihat sisi manusiawi dari suatu profesi yang oleh kebanyakan orang dianggap sampah. Pandangan yang humanis ini tentu tak akan ditemukan dalam diri orang yang tak punya kesadaran sosial dan spiritual yang mendalam. Inilah Sang Legenda Hidup yang sebenarnya.

Tokoh yang berkharisma tinggi ini telah merasakan pahit manis kehidupan di dunia ini. Iwan Fals adalah keturunan Arab. Ibunda tercintanya, Lies Haryoso, adalah seorang perempuan keturunan Arab dari marga Abdat. Ia menghabiskan masa kecilnya di Bandung sebelum ikut dengan saudaranya ke Jeddah, Arab Saudi. Kelihaian Iwan dalam bermusik semakin terasah ketika berusia 13 tahun. Pada waktu itu, pria berdarah Arab, melatih kemampuannya bermain gitar dengan mengamen. Ketika itu juga, ia menjadi gitaris dalam paduan suara sekolahnya, SMP Negeri 5 Bandung. Sejak kecil Bang Iwan sudah berjiwa sosial dan sangat perhatian dengan teman-temannya, meski pernah sesekali memutuskan senar gitar yang ia pinjam dari temannya. Karena ingin tampil berbeda dan menarik perhatian teman-temannya, Iwan mencoba mengarang lagu sendiri yang liriknya kucu, bercanda, bahkan mengutak-atik lagu orang. Ulahnya ini membuat teman-temannya tertawa terpingkal-pingkal.

Suatu hari saat ia bergelut dengan pendidikan di SMAK BPK Bandung, datang ajakan untuk mengadu nasib di Jakarta dari seorang produser. Ia pun rela menjual sepeda motornya demi rekaman album pertama bersama teman-temannya yang tergabung dalam ‘Amburadul’. Akan tetapi, album tersebut gagal di pasaran dan memaksa Iwan kembali menjalani profesinya dulu sebagai pengamen.

Peluang itu kembali hadir untuk pria kelahiran Jakarta, 3 September 1961 setelah menjuarai festival musik country dan mengikuti festival lagu humor. Lagu-lagu humornya yang kemudian diproduksi oleh ABC Records mengalami hal yang sama dan hanya dikonsumsi oleh kalangna tertentu saja. Sampai akhirnya, keberhasilan Iwan dimulai saat bekerja sama dengan Musica Studio, meski ia telah masuk dapur rekaman untuk 4-5 album.

Pernah menjadi pengamen jalanan, bukan berarti Iwan berasal dari keluarga yang pas-pasan. Iwan lebih senang hidup dengan kesedarhanaan dan apa adanya daripada diliputi kemewahan. Ayahnya, Haryoso, adalah seorangperwira TNI, tentunya beliau ingin anaknya memegang kunci kesuksesan dengan menguliahkannya di Sekolah Tinggi Publisistik Jakarta sebelum pindah ke Institut Kesenian Jakarta. Sebagai mahasiswa publisistik, Iwan pernah bekerja sebagai wartawan di sebuah tabloid olahraga, bahkan menjadi kolumnis olahraga.

Ternyata album ‘Sarjana Muda’ banyak diminati dan Iwan mulai mendapat tawaran bernyanyi. Ia pun sempat masuk televisi setelah tahun 1987. Perjalanan kariernya semakin mengudara dengan mengeluarkan hits ‘Bento’ dan ‘Bongkar’ yang sangat fenomenal sampai saat ini.

Mengakhiri masa lajangnya sebagai seorang pemuda dari sembilan bersaudara dan empat meninggal dunia, Bang Iwan meminang Rossana. Buah hati dari pernikahan mereka adalah Galang Rambu Anarki (alm), Annisa Cikal Rambu Basae, dan Rayya Rambu Robbani. Kepergian anak pertamanya, Galang Rambu Anarki (alm), April 1997, seorang gitaris yang sempat meluncurkan album perdananya di usia 15 tahun, membuat Bang Iwan semakin yakin akan posisinya sebagai seorang ayah yang harus menjaga, mendidik, dan menyayangi anak-anaknya. Rasa cinta kepada kedua anaknya adalah pengobar semangat di usianya yang kini sudah berkepala empat.

Sampai sekarang ini, berpuluh-puluh album yang telah Bang Iwan ciptakan dapat dinikmati oleh para pecinta musik di penjuru tanah air. Album-album yang telah diluncurkan mulai dari awal kariernya hingga sekarang ini adalah sebagai berikut.

Ø Canda Dalam Nada (1979).

Ø Canda Dalam Ronda (1979).

Ø Perjalanan (1979).

Ø 3 Bulan (1980).

Ø Sarjana Muda (1981).

Ø Opini (1982).

Ø Sumbang (1983).

Ø Barang Antik (1984).

Ø Sugali (1984).

Ø KPJ (Kelompok Penyanyi Jalanan) (1985).

Ø Sore Tugu Pancoran (1985).

Ø Aku Sayang Kamu (1986).

Ø Ethiopia (1986).

Ø Lancar 1987 (1987).

Ø Wakil Rakyat (1988).

Ø 1910 (1988).

Ø Antara Aku, Kau Dan Bekas Pacarmu (1988).

Ø Mata Dewa (1989).

Ø Swami I (1989).

Ø Kantata Takwa (1990).

Ø Cikal (1991).

Ø Swami II (1991).

Ø Belum Ada Judul (1992).

Ø Hijau (1992).

Ø Dalbo (1993).

Ø Anak Wayang (1994).

Ø Orang Gila (1994).

Ø Lagu Pemanjat (bersama Trahlor) (1996).

Ø Kantata Samsara (1998).

Ø Best Of The Best (2000).

Ø Suara Hati (2002).

Ø In Collaboration with (2003).

Ø Manusia Setengah Dewa (2004).

Ø Iwan Fals in Love (2005).

Ø 50:50 (2007).

Tak hanya berekspresi dal am pergulatan musik Indonesia, Bang Iwan yang sering meluangkan waktunya untuk bermain sepak bola dan karate, juga telah membintangi beberapa film Indonesia seperti Damai Kami Sepanjang Hari (1985), Kantata Takwa(1990), dan Kekasih (2008).

Di masa Orde Baru, lagu-lagu Bang Iwan sempat dicekal dan ia dilarang untuk melakukan aksi panggungnya di beberapa daerah. Pada tahun 1984, ia mendapat masalah karena lagunya yang berjudul ‘Mbak Tini’. Lagu ini berkisah tentang Mbak Tini, seorang pelacur yang membuka warung kopi di pinggir jalan dan mempunyai suami bernama Soeharto, seorang supir truk. Oleh pihak yang berwenang waktu itu, lagu itu dianggap menghina Presiden RI, Soeharto. Akibatnya, Bang Iwan terancam masuk penjara. Padahal, menurutnya, lagu tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan Soeharto dan istrinya, Tien Soeharto.

Terlahir dari keluarga besar yang taat beragama, sejak kecil Bang Iwan sering diajak ibunya mengikuti berbagai kegiatan sosial. Kini, ibu Bang Iwan masih aktif mengurusi yayasan sosial ‘ Hairun Nissa’ miliknya yang didirikan tahun 1968 yang menampung anak-anak tidak mampu dan menyantuni orang-orang jompo.

Rambutnya yang mulai kelabu menandakan kematangan dirinya yang sulit ditemukan dalam diri kebanyakan orang. Garis-garis halus perjalanan hidupnya kini mulai terpahat di wajahnya yang tenang. Ia yang kini berkediaman di Jalan Leuwinanggung 19, Cimanggis, Bogor, Jawa Barat, menjadi panutan para penggemarnya yang tergabung Yayasan Orang Indonesia yang tersebar di seluruh nusantara, dikenal dengan sebutan Oi. Bang Iwan dikenal sebagai orang yang ramah dengan kerendahan hati dan ketenangan jiwanya. Sebagaimana layaknya ia sebagai seorang legenda hidup.

Sosok dan lagu-lagunya kerap kali diidentikkan dengan Bob Dylan, penyanyi balada Amerika yang juga menyuarakan kritik-kritik social. Sosok Bob Dylan merupakan sosok idola bagi Bang Iwan.

Berbagai penghargaan dan prestasi yang telah Bang Iwan raih, tak lantas membuatnya menjadi lupa diri. Di masa mudanya, ia pernah menjadi Juara II Nasional dalam kejuaraan karate. Tak cukup sampai di situ, menjadi pelatih karate di Sekolah Tinggi Publisistik pernah disandangnya. Dan hingga kini ia masih sering menggelar latihan karate di rumahnya. Dengan bersenandung lagu rakyat, gelar sebagai penyanyi solo terbaik, video klip terbaik, dan album terbaik berkali-kali ia dapatkan, diantaranya sebagai berikut.

  1. Juara harapan Lomba Musik Humor (1979).
  2. Juara I Festival Musik Country (1980).
  3. Gold record, lagu Oemar Bakri, PT. Musica Studio’s.
  4. Silver record, penyanyi & pencipta lagu Ethiopia, PT. Musica Studio’s.
  5. Penghargaan prestasi artis HDX 1987 – 1988, pencipta lagu Buku Ini Aku Pinjam.
  6. Penyanyi pujaan, BASF, (1989).
  7. The best selling, album Mata Dewa, BASF, 1988 – 1989.
  8. Penyanyi rekaman pria terbaik, album Anak Wayang, BASF Award XI, 18 April 1996.
  9. Penyanyi solo terbaik Country/Balada, Anugrah Musik Indonesia – 1999.
  10. Presents This Certificate To Iwan Fals In Recognition Of The Contribution To Cultural Exchange Between Korea and Indonesia, 25 September 1999.
  11. Penyanyi solo terbaik Country/Balada AMI Sharp Award (2000).
  12. Video klip terbaik lagu Entah, Video Musik Indonesia periode VIII – 2000/2001.
  13. Triple Platinum Award, Album Best Of The Best Iwan Fals, PT. Musica Studio’s – Juni 2002.
  14. 6th AMI Sharp Award, album terbaik Country/Balada.
  15. 6th AMI Sharp Award, artis solo/duo/grup terbaik Country/Balada.
  16. Pemenang video klip terbaik edisi – Juli 2002, lagu Kupu-Kupu Hitam Putih, Video Musik Indonesia, periode I– 2002/2003.
  17. Penghargaan album In Collaboration with, angka penjualan diatas 150.000 unit, PT. Musica Studio’s - Juni 2003.
  18. Triple Platinum Award, album In Collaboration with, angka penjualan diatas 450.000 unit, PT. Musica Studio’s – November 2003.
  19. 7th AMI Award 2003, Legend Awards.
  20. 7th AMI Award 2003, Penyanyi Solo Pria Pop Terbaik.
  21. Penghargaan MTV Indonesia 2003, Most Favourite Male.
  22. SCTV Music Award 2004, album Ngetop! (pop) In Collaboration with.
  23. SCTV Music Award 2004, Penyanyi Pop Ngetop.
  24. Anugrah Planet Muzik 2004.
  25. Generasi Biang Extra Joss – 2004.
  26. 8th AMI Samsung Award, Karya Produksi Balada Terbaik.
  27. SCTV Music Award 2005, album pop solo ngetop Iwan Fals In Love.
  28. With The Compliment Of Metro TV.
  29. Partisipasi dalam acara konser Salam Lebaran 2005, PT. Gudang Garam Indonesia.

Selain itu, sosok Iwan Fals, penyanyi yang biasa menyuarakan kritik-kritik sosial pernah dinobatkan sebagai salah satu Asian Heroes yang disejajarkan dengan legenda hidup Asia lainnya. Namun, julukan sebagai Pahlawan Asia yang didapatkannya justru membuatnya untuk bersikap lebih hati-hati. Sempat terucap dari mulutnya kepada seorang wartawan, “Aku kepikiran terus, mudah-mudahanan aku nggak terpeleset karena julukan itu. Tapi sumpah, aku nggak berpikiran seperti itu.”

“Peka terhadap alam, peduli terhadap beban yang ditanggung sesama insan adalah sebuah keniscayaan. Memberi apa yang kita bisa dan apa yang kita miliki adalah esensi dari kebersamaan kemanusiaan. Sesungguhnya kita hidup bukanlah untuk memiliki, tetapi untuk menjadi. Benar apa yang dikatakan orang-orang suci, memberi itu terangkan hati. Seperti matahari yang menyinari bumi", itulah kata-kata yang pernah terucapkan dari bibir Bang Iwan. Saat menanggapi pesan dari seorang penggemarnya yang membicarakan kenaikan BBM di negeri ini, ia membalasnya dengan kata-katanya yang sungguh bijaksana. “Bertahan hidup harus bisa bersikap lembut walau hati panas bahkan terbakar sekalipun.” Itulah perkataan bijak dari Bang Iwan.

Menjadikan sosok Iwan Fals sebagai tokoh idola bukanlah suatu pertimbangan akan ketampanan parasnya, kemerduan suara dengan lirik romantis, kemewahan harta dan penampilannya, atau kebohongan publik yang diciptakan layaknya kampanye seorang calon pemimpin. Ketampanan dalam diri seorang Iwan Fals terlahir dari seruan hatinya yang tulus menyuarakan kemelut dunia gelap negeri ini dan saudaranya. Yang ia suarakan bukan suatu tuntutan maupun strategi demi dukungan kuat untuk menopang namanya dengan kebohongan publik yang tak disadari. Lagu yang ia bawakan bukan lagu cinta dengan keromantisan liriknya yang cengeng. Akan tetapi, cinta yang jujur, cinta orang-orang marjinal, kesederhanaan lirik yang lugas dan gamblang yang ia senandungkan dengan lantang. Ia menyanyi dengan suara hati. Menyuarakan penderitaan golongan bawah dan kemelut yang terjadi dalam negeri dengan jujur dari hatinya tanpa harus ditutup-tutupi oleh manisnya lidah yang bersilat di depan piblik. Kejujuran, terungkap dalam sikap kesehariannya maupun lirik-lirik lagunya. Dan kejujuran ini yang justru menjadi kekuatan dari lirik-lirik lagu Iwan Fals. Kharismatik, di balik sikap yang apa adanya, Iwan Fals mempunyai kharisma yang membuat orang segan dan menghormatinya. Meskipun berselimut harta dunia, tetapi kesederharnaan hidupnya memantulkan kerendahan hatinya. Itulah sosok idola sesungguhnya.